google.com, pub-2032731931779399, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Konsep Pendidikan Esensialisme dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam

Foto: Bedah Buku dan Performance Puisi oleh Pondokbanjar bekerja sama dengan Lapmi Cabang Semarang,
dan WB Community di Kampus Akademi Keuangan Perbankan (AKP) Widya Buana, 24 Desember 2011.
ESENSIALISME dalam permulaannya, telah meletakkan ajarannya dalam hal-hal berikut: (a) Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia di mana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya. (b) Menekankan data fakta dengan kurikulum yang tampak bercorak vocational. (c) Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti: membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan musik. (d) Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks. (e) Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien. (f) Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri. (g) Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang didiami serta tertarik progressivism.

Dasar dan tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan dasar tujuan ajaran Islam itu sendiri, keduanya berasal dari sumber yang sama, Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah. Menurut Al-Syaibani, filsafat pendidikan Islam sebagaimana filsafat pendidikan umum, merupakan pedoman bagi perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran Islam. Filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi penyusunan suatu sistem pendidikan Islam. Pemikiran-pemikiran filsafat pendidikan Islam menjadi pola dasar bagi para ahli pendidikan Islam mengenai bagaimana sistem pendidikan Islam yang dikehendaki dan sesuai dengan konsep ajaran Islam yang berhubungan dengan pendidikan.

Dalam kaitannya dengan pandangan filsafat pendidikan Islam pada konsep pendidikan esensialisme ini, terdapat beberapa pandangan yang perlu mendapatkan perhatian serius, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan dan alat ukur pada pengembangan ilmu pendidikan Islam itu sendiri, pandangan yang dimaksudkan adalah:

Pandangan secara Ontologi
Ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada pula. Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada.

Dalam pandangan ini, filsafat pendidikan Islam memberikan pandangan bahwa prinsip yang mendasari dalam pendidikan adalah konsep mengenai sang pencipta (Khalik), ciptaan-Nya (Makhluk), hubungan antara ciptaan-Nya dan pencipta serta hubungan antara sesama ciptaan dan utusan yang menyampaikan risalah (Rasul).

Dari pandangan ini juga, filsafat pendidikan Islam memiliki titik tolak pada konsep the creature of God, yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka Allah yang telah mengatur di alam ciptaan-Nya. Maka lebih luas jauh dalam pandangan ini, filsafat pendidikan Islam telah menguasai seluruh aspek pendidikan, yakni Tuhan (Allah) sebagai pencipta, manusia (makhluk) dan ciptaan lain, penghubung (Rasul) yang menghubungkan khalik dan makhluk-Nya.

Pandangan secara Epistemologi
Epistemologi esensialisme adalah Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan, inilah jalan untuk mengerti. Sebab jika manusia mampu menyadari realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestaannya. Berdasarkan kualitas inilah dia memperoduksi secara tepat pengetahuannya dalam benda-benda, ilmu alam, biologi, sosial, dan agama.

Pada pandangan ini, filsafat pendidikan Islam lebih memberikan lingkup yang semakin luas, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surat as-Syura ayat 52:

Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”

Ayat tersebut menjelaskan adanya relevansi sebagai dasar pendidikan agama mengingat bahwa diturunkannya Al-Qur'an adalah untuk memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Kemudian yang menjadi dasar pandangan tentang pengetahuan manusia memuat pemikiran bahwa pengetahuan adalah potensi yang dimiliki manusia, terbentuk berdasar kemampuan nalar, memiliki kadar dan tingkatan yang berbeda sesuai dengan obyek.

Pandangan secara Aksiologi
Dasar ontologi dan epistemologi sangat mempengaruhi pandangan aksiologi. Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal, tergantung pada pandangan-pandangan idealisme dan realisme sebab esensialisme terbina oleh keduanya; idealisme melihat sikap, tingkah laku maupun ekspresi feeling manusia mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. Sedang realisme melihat sumber pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidup. Sehingga nilai baik dan buruk didasarkan atas keturunan dan lingkungan.

Filsafat pendidikan Islam memiliki pandangan aksiologi dimana di antara prinsip-prinsip yang terpenting yang mengandung nilai praktis di bidang pendidikan adalah; keyakinan bahwa akhlak termasuk diantara makna yang terpenting dalam hidup ini. Akhlak tidak terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia dengan yang lainnya tetapi lebih dari itu juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang tercipta di dalam wujud dan kehidupan bahkan mengatur hubungan antara hamba dengan Tuhan.

Satu hal pokok yang menjadi inti dalam konsep adalah tujuan, tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikan esensialisme mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan. Maka dalam sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme, realisme dan sebagainya.

Dalam hal ini filsafat pendidikan Islam memiliki tujuan yang lebih kompleks dengan dual dimensi; dimensi pertama, untuk mencapai kesejahteraan hidup dan keselamatan di akhirat. Dimensi kedua, berhubungan dengan fitrah kejadian manusia, yaitu sebagai pengabdian kepada Allah Swt (ibadah). (Pondokbanjar)



Sumber bacaan:
1.http://www.infogue.com/viewstory/2008/05/29/esensialisme/?url=http://durrah-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/05/esensialisme.html
2. Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Pengembangan Pemikirannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998
3. Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005, Cet. I, 4. Muhammad Noorsyam, Pengantar Filsafat Pendidikan, Malang: Penerbit IKIP Malang, 1978