Mengungkapkan
kecintaan tidak hanya dengan memuji karena jika selalu mendapatkan pujian ia
bisa menampakan kesombongannya. Bentuk lain ungkapan cinta adalah dengan cara
memberikan kritik atas kekurangannya sehingga ia akan mampu berproses untuk
menjadi lebih baik. Inilah yang dilakukan Ketua Lesbumi NU Jawa Tengah membacakan
puisi tunggalnya yang berjudul Botol dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan
ke-74 RI.
Bertemat di
Gubuk Tempayan kota Semarang, Lukni Maulana Ketua Lesbumi NU Jateng membacakan
karya puisinya tepat pada detik-detik tanggal kemerdekaan yakni pada pukul
00.17 WIB. Mengambil detik ke-17 yang berarti tanggal kemerdekaan. Pada tata
panggung ada delapan bendera yang bermakna bulan kemerdekaan dan batu-batu yang
tercecer berjumlah 1945, Sabtu (17/08)
Diawali
dengan pembacan teks proklamasi, lalu dilanjutkan dengan membaca UUD 1945 pasal
33, dan pembacaan puisi. Teks puisi tersebut diantaranya berbunyi; privatisasi
dan liberalisasi/rapalan kitab suci/air/botol/plastik/indonesia dalam kemasan.
Itulah cara
ketua Lesbumi NU Jawa Tengah dalam mengungkapkan kecintaan untuk negara.
Bawasanya sesuai pasal 33 bahwa bumi, air, dan tambang dikuasai negara untuk
memberikan kemakmuran kepada rakyatnya. Namun kenyataanya sangat tidak sesuai
dengan harapan, memang harapan tinggallah harapan semuanya bisa menguasai salah
satunya swasta dan pihak asing.
Pada akhir
pertunjukan puisi terdengar nyanyian dolanan yang berbunyi; Alas-alas
gundul-dul gembelengan/gunung-gunung ajur-jur gembelengan/banyu udan dadi
ngebaki dalan/banyu kali sobone tengah ratan.
Lukni
Maulana mengatakan sebagaimana instalasi pukul 17, 8 bendera, dan 1945 batu
memiliki makna. Bawasanya shalat adalah pondasi agama, angka 17 bermakna 17
jumlah rakaat shalat mari saatnya bangun pondasi bangsa ini dengan kedaulatan.
“Memegang
teguh kecintaan kita pada NKRI dan tanpa merusak sumber daya alam yang menjadi
kekayaan bangsa ini,” tuturnya
Acara
peringatan kemerdekaan ke-74 RI persembahan Lesbumi NU Jawa Tengah yang
didukung oleh Yayasan Badan Wakaf Nusantara.