google.com, pub-2032731931779399, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Gus Mus Dihina di Twitter, Tetap Bijaksana

PADA hari jum’at yang berkah ini dan tepat juga pada peringatan Hari Guru Nasional, kita dikejutkan di dunia media sosial berupa viral seorang anak pemuda bernama Pandu W yang menghina KH. Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus. Penghinaan tersebut terjadi di Twitter, Pandu W menanggapi pernyataan Gus Mus dengan emosi. Ia mengatakan “maaf” (Ndasmu atau Kepalamu) kepada Gus Mus.

Tentu hal tersebut menjadi empati atas dunia pendidikan karakter bangsa ini. Bagaimana seorang pemuda tidak memiliki sikap hormat kepada orang tua dan bahkan kepada seorang guru bangsa bernama Gus Mus. Hal ini memicu beragam emosi para santri, para pecinta dan pengagum Gus Mus, dan bahkan pihak ditempat Pandu W bekerja, sehingga ia mendapatkan SP3 di perusahaannya.

Dengan bijaksana Gus Mus memberikan “maaf” kepada Pandu W. Gus Mus memberikan contoh terbaik sebagai seorang guru bangsa yakni dengan memberikan pemakluman “Maklum masih muda.” Dan Gus Mus berpesan, “Jika ada yang menghina atau merendahkanmu jangalah buru-buru emosi. Siapa tau dia memang digerakan Allah untuk mencoba kesabaranmu.


Pantas jika Gus Mus saat ini adalah Guru Bangsa, karena sikapnya yang mampu menilai baik secara psikolologis maupun filosofis. Sebagaimana kita ketahui bahwa di pesantren kita diajarkan belajar Kitab Ta’limul Muta’alim karya Syekh az-Zarnuji ini berisi tentang etika dan metode bagi pelajar untuk meraih keberkahan ilmunya.

Bahkan sebagai orang jawa diajarkan untuk memliki perlaku ungah-unguh terhadap orang tua. Keharmonisan itu adalah tata krama, kesantunan yang berlaku pada masyarakat kita. Bagi masyarakat Jawa kesantunan kerap disebut sopan santun, unggah-unnguh, atau tata krama atau etika.


Semoga di Hari Guru Nasional ini kita mendapatkan keberkahan dan kemanfaatan ilmu dari guru-guru yang telah mengajarkan, memberikan atau mentransfer ilmu, sikap, dan perilakunya kepada kita. (Pondokbanjar)