“Karena
kamu tak dapat melihat Dzat maka arahkan penglihatanmu pada sifat-sifat.
Karena
kau tak mampu melihat yang tanpa arah, tetaplah cahaya dalam setiap penjuru arah”
(Jalaluddin
Rumi)
ASMA
AL-HUSNA
berasal dari kata اسم(ismun) yang berarti nama. Sedangkan husna merupakan
wazan dari حسن-يحسن-حسنا yang
berarti baik atau bagus. Asmaul husna mempunyai arti nama-nama Allah yang
bagus-bagus atau terindah yang dikenakan kepada Allah secara langsung atau
tidak langsung dalam al Qur’an dan hadis Nabi. Dalam kitab lisan al arab,
kata husna lawan dari السوء yang berarti jelek.
Secara
istilah asma dalam asmaul husna menurut Abu al Abbas bin Mu’ad adalah nama-nama
yang menunjukkan pada Dzat yaitu Dzat Allah, serta menunjukkan atas
sifat-sifat-Nya. Husna yaitu memberikan faedah keterangan atas asma. Hal ini
seperti yang dikatakan oleh Muhammad ar-Razi bahwa tiada makna yang menunjukkan
kebagusan atas hak Allah kecuali dengan menyebutkan sifat-sifat Yang Agung dan
Mulia.
Yang
dimaksud dengan asmaul husna di sini
adalah nama-nama Allah yang terbaik dan Agung, sesuai dengan sifat-sifat
Allah yang jumlahnya ada 99 nama. Asma-asma itu menunjukkan sebagai nama diri.
Nama ini berbeda dengan predikat-predikat manusia, dan semua nama Allah
menunjukkan arti yang dikandungnya, yang merupakan atribut-atribut, sanjungan,
pujaan dan pujian. Asma-asma tersebut termasuk hal yang paten (tidak boleh
ditafsirkan dengan yang lain-lain), sebab artinya dalam bahasa arab sangat
jelas, akan tetapi substansi dan prakteknya hanya Allah sendiri yang tahu
tentang itu.
Ulama
salaf membagi Tauhidullah (meng-Esakan Allah) kepada tiga bagian. Pertama, tauhid
Rububiyah, yaitu mengakui bahwa Allahlah satu-satunya Dzat yang
menciptakan, mengatur seluruh makhluk, menghidupkan dan mematikan. Kedua, tauhid
Uluhiyah yaitu meyakini bahwa Allahlah satu-satunya Dzat yang wajib
diibadahi dengan hak, baik ibadah lisan, hati maupun anggota badan. Dan yang
ketiga, tauhid Asma wa Sifat, yaitu menetapkan
nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Allah dalam kitab-Nya dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya tanpa mempersamakannya
dengan makhluk-Nya, mewakilkannya dan menghilangkan artinya.
Ketiga
tauhid ini harus dipahami dengan sejelas-jelasnya oleh setiap muslim dan tidak
dibenarkan adanya kebodohan sedikitpun di dalamnya. Karena kebodohan dalam
masalah ini, walaupun sedikit akan berakibat sangat fatal. Boleh jadi orang
yang tidak mengerti ketiga tauhid di atas akan terjerumus ke dalam jurang
kekafiran, kemusyrikan, zindik, ilhad dan kesesatan.
Bahkan
dengan memahami nama-nama Allah Ta’ala yang baik serta sifat-sifat-Nya yang
luhur dan tinggi dapat mencapai makrifat pada Allah Swt. Nama-nama dan
sifat-sifat itulah yang merupakan perantara yang digunakan oleh Allah Swt agar
makhluk-Nya itu dapat mengenal dirinya. Inilah yang dapat dianggap sebagai
saluran, yang dari situ hati manusia dapat mengenal Allah Ta’ala secara
spontan, yang dapat menggerakkan cara penemuan yang hakiki dan membuka alam
yang amat luas terhadap kerohanian guna menyaksikan cahaya Allah Azza Wajalla.
Asma
al-husna tercantum dalam firman Allah:
قُلِ ادْعُواْ اللّهَ أَوِ ادْعُواْ
الرَّحْمَـنَ أَيّاً مَّا تَدْعُواْ فَلَهُ الأَسْمَاء الْحُسْنَى وَلاَ تَجْهَرْ
بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah
Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna
(nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (Q.S. Al-Isra’: 110)
هُوَ اللَّهُ
الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah
Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, yang mempunyai
nama-nama, yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi, dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al-Hasyr: 24)
Dasar
hadis Nabi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari pada Abi Hurairah:
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ :
إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمَا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّة
Sesungguhnya
Rasulullah Saw bersabdalah: Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama,
seratus kurang satu, tiada dihafalnya oleh seseorang melainkan orang yang
menghafalnya itu masuk ke dalam surga. Dan Allah adalah ganjil (tunggal), Dia
menyukai yang ganjil.
حدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ الْجُوزَجَانِىُّ حَدَّثَنِى صَفْوَانُ بْنُ صَالِحٍ
حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ
أَبِى حَمْزَةَ عَنْ أَبِى الزِّنَادِ عَنِ الأَعْرَجِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ
لِلَّهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً غَيْرَ وَاحِدَةٍ مَنْ
أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ هُوَ اللَّهُ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ
هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلاَمُ الْمُؤْمِنُ
الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ
الْمُصَوِّرُ الْغَفَّارُ الْقَهَّارُ الْوَهَّابُ
الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْخَافِضُ الرَّافِعُ
الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الْحَكَمُ
الْعَدْلُ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ الْغَفُورُ الشَّكُورُ
الْعَلِىُّ الْكَبِيرُ الْحَفِيظُ الْمُقِيتُ الْحَسِيبُ الْجَلِيلُ الْكَرِيمُ الرَّقِيبُ
الْمُجِيبُ الْوَاسِعُ الْحَكِيمُ الْوَدُودُ الْمَجِيدُ الْبَاعِثُ الشَّهِيدُ
الْحَقُّ الْوَكِيلُ الْقَوِىُّ الْمَتِينُ الْوَلِىُّ الْحَمِيدُ الْمُحْصِى الْمُبْدِئُ
الْمُعِيدُ الْمُحْيِى الْمُمِيتُ الْحَىُّ الْقَيُّومُ الْوَاجِدُ الْمَاجِدُ
الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الْقَادِرُ الْمُقْتَدِرُ الْمُقَدِّمُ الْمُؤَخِّرُ
الأَوَّلُ الآخِرُ الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ الْوَالِى الْمُتَعَالِى الْبَرُّ
التَّوَّابُ الْمُنْتَقِمُ الْعَفُوُّ الرَّءُوفُ مَالِكُ الْمُلْكِ ذُو
الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ الْمُقْسِطُ الْجَامِعُ الْغَنِىُّ الْمُغْنِى
الْمَانِعُ الضَّارُّ النَّافِعُ النُّورُ الْهَادِى الْبَدِيعُ الْبَاقِى
الْوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ .
Ibrahim bin Ya’kub al-Jauzajani menceritakan kepada kami Sufyan
bin Shalih menceritakan kepada saya Walid bin Muslim menceritakan kepada kami,
Suaib bin Hamzah menceritakan kepada kami dari Abi az-Zinad dari al A’raj dari
Abi Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda Allah memiliki 99 nama barang
siapa menghafalnya maka ia masuk surga. Yaitu Allah adalah tidak ada Tuhan yang
patut kita sembah kecuali Dia, Ia Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, Yang Maha
Merajai, Yang Maha Suci, Yang Maha Memberi Keselamatan, Yang Memberi Keamanan,
Yang Maha Mengamati , Yang Perkasa, Yang Maha Pemaksa, Yang Mempunyai
Kebesaran, Yang Menciptakan, Yang Melepaskan, Yang Memberi Bentuk, Yang Maha
Pengampun, Yang Maha Memaksa , Yang Maha Pemberi, Yang Maha Pemberi Rizki,
Pembuka Pintu Rahmat, Yang Maha Mengetahui, Yang Menggenggam, Yang Melapangkan
Kehidupan Hamba, Yang Merendahkan Derajat, Yang Meninggikan Derajat, Yang
Memuliakan, Yang Menghinakan, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat, Yang Maha
Menetapkan Hukum, Yang Maha Adil, Yang Maha Lembut, Yang Maha Waspada, Yang
Maha Amat Penyabar, Yang Maha Agung, Yang Maha Pengampun, Yang Maha Berterima
Kasih, Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar, Yang Maha Menjaga dan Memelihara,
Yang Memberi Makan Hamba-Nya lahir batin,
Yang Maha Menghitung, Yang Maha Agung dan Mulia, Yang Maha Mulia dan
Pemurah, Yang Mengawasi, Yang Mengabulkan, Yang Maha Luas, Yang Maha Bijaksana,
Yang Maha Membuat Rasa Kasih Sayang, Yang Mulia dan Luhur, Yang Membangkitkan
Yang Maha Menyaksikan, Yang Maha Benar, Yang Maha Mengurusi, Yang Maha Kuat,
Yang Maha Kokoh, Yang Mengasihi dan Melindungi, Yang Maha Terpuji, Yang Maha Menghitung,
Yang Memulai, Yang Mengembalikan, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Maha
Hidup, Yang Berdiri Sendiri, Yang Menemukan, Yang Mempunyai Kemuliaan, Yang
Esa, Yang Menjadi Tempat Meminta, Yang Maha Kuasa, Yang Sangat Berkuasa, Yang
Mendahului, Yang Awal, Yang Akhir, Yang Dhahir Kekuasaan-Nya, Yang Tak
Kelihatan Dzat-Nya, Yang Menguasai, Yang Maha Tinggi, Yang Maha Baik, Yang Maha
Menerima Taubat, Yang Memberi Siksaan,
Yang Maha Pemaaf, Yang Maha Belas Kasihan, Yang Memiliki Kerajaan, Yang Mempunyai
Keagungan dan Kemuliaan, Yang Maha Adil, Yang Mengumpulkan, Yang Maha Kaya,
Yang Memberi Kekayaan, Yang Mempertahankan, Yang Membuat Bahaya, Yang Memberi
Manfaat, Yang Menjadikan Cahaya, Yang Memberi Petunjuk, Yang Menciptakan
Sesuatu Yang Baru, Yang Maha Kekal, Yang Mewarisi, Yang Maha Pandai, Yang Maha
Penyabar
Hadis
ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan menjelaskan nama-nama yang sembilan
puluh sembilan itu. Nama yang sembilan puluh sembilan ini bukanlah semua yang
Allah telah menamakan diri-Nya dengan nama-nama itu. Masih ada lagi hadis-hadis
yang lain, yang di dalamnya terdapat beberapa nama lagi. Bahkan dalam hadis
yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi terdapat, dalam sebagian riwayat nama-nama
yang tidak terdapat dalam sebagian riwayatnya.
حَدَّثَنَا
هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ مُحَمَّدٍ
الصَّنْعَانِىُّ حَدَّثَنَا أَبُو الْمُنْذِرِ زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ التَّمِيمِىُّ
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ حَدَّثَنِى عَبْدُ الرَّحْمَنِ الأَعْرَجُ عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ
لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا إِنَّهُ وِتْرٌ
يُحِبُّ الْوِتْرَ مَنْ حَفِظَهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَهِىَ اللَّهُ الْوَاحِدُ
الصَّمَدُ الأَوَّلُ الآخِرُ الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ
الْمُصَوِّرُ الْمَلِكُ الْحَقُّ السَّلاَمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ
الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الْعَلِيمُ الْعَظِيمُ الْبَارُّ الْمُتَعَالِ الْجَلِيلُ
الْجَمِيلُ الْحَىُّ الْقَيُّومُ الْقَادِرُ الْقَاهِرُ الْعَلِىُّ الْحَكِيمُ
الْقَرِيبُ الْمُجِيبُ الْغَنِىُّ الْوَهَّابُ الْوَدُودُ الشَّكُورُ الْمَاجِدُ
الْوَاجِدُ الْوَالِى الرَّاشِدُ الْعَفُوُّ الْغَفُورُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ
التَّوَّابُ الرَّبُّ الْمَجِيدُ الْوَلِىُّ الشَّهِيدُ الْمُبِينُ الْبُرْهَانُ
الرَّءُوفُ الرَّحِيمُ الْمُبْدِئُ الْمُعِيدُ الْبَاعِثُ الْوَارِثُ الْقَوِىُّ
الشَّدِيدُ الضَّارُّ النَّافِعُ الْبَاقِى الْوَاقِى الْخَافِضُ الرَّافِعُ
الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ الْمُقْسِطُ الرَّزَّاقُ ذُو
الْقُوَّةِ الْمَتِينُ الْقَائِمُ الدَّائِمُ الْحَافِظُ الْوَكِيلُ الْفَاطِرُ
السَّامِعُ الْمُعْطِى الْمُحْيِى الْمُمِيتُ الْمَانِعُ الْجَامِعُ الْهَادِى
الْكَافِى الأَبَدُ الْعَالِمُ الصَّادِقُ النُّورُ الْمُنِيرُ التَّامُّ
الْقَدِيمُ الْوِتْرُ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ». قَالَ زُهَيْرٌ فَبَلَغَنَا عَنْ غَيْرِ
وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ أَوَّلَهَا يُفْتَحُ بِقَوْلِ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
لَهُ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى.
Hisam
bin Ammar menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Muhammad as-San’ani
menceritakan kepada kami Abu al-Mundir (Zuhair bin Muhammad at-Tamimi)
menceritakan kepada kami Musa bin Uqbah
menceritakan kepada kami Abd ar-Rahman al-A’roj menceritakan kepada saya dari
Abi Hurairah bahwasannya Rasulullah bersabda: sesungguhnya Allah memiliki 99
nama sesungguhnya Allah ganjil/satu mencintai perkara yang ganjil barang siapa
menghafalnya maka ia masuk surga, 99 nama tersebut ialah satu Allah, Yang Esa,
Yang Menjadi Tempat Meminta, Yang Awal, Yang Akhir, Yang Dhahir Kekuasaan-Nya,
Yang tidak Kelihatan Dzatnya, Yang Menciptakan, Yang Melepaskan, Yang Memberi
Bentuk Yang Merajai, Yang Maha Benar, Yang Memberi Keamanan, Yang Mengamati,
Yang Perkasa, Yang Maha Pemaksa, Yang Mempunyai Kebesaran, Yang Maha Pengasih,
Yang Maha Penyayang, Yang Maha Lembut, Yang Maha Waspada, Yang Maha Mendengar,
Yang Maha Melihat, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Agung, Yang Maha Baik, Yang
Maha Tinggi, Yang Maha Agung dan Mulia, Yang Maha Indah, Yang Hidup, Yang
Berdiri Sendiri, Yang Maha Kuasa, Yang Memaksa, Yang Maha Tinggi ,Yang Maha
Bijaksana, Yang Mengawasi, Yang Mengabulkan, Yang Maha Kaya, Yang Maha Memberi,
Yang Maha Membuat Rasa Kasih Sayang, Yang Maha Berterima Kasih, Yang Mulia dan
Luhur, Yang Menemukan, Yang Menguasai, Yang Maha Pandai, Yang Maha Pemaaf, Yang
Maha Pengampun, Yang Maha Amat Penyabar, Yang Maha Mulia dan Pemurah, Yang Maha
Menerima Taubat, Yang Maha Menguasai, Yang Mempunyai Kemuliaan, Yang Mengasihi
dan Melindungi, Yang Maha Mengasikkan Yang Maha Menjelaskan, Yang Maha
Meninggikan, Yang Maha Belas Kasihan, Yang Maha Penyayang, Yang Memulai, Yang
Mengembalikan, Yang Membangkitkan, Yang Mewarisi, Yang Maha Kuat, Yang Maha
Dahsyat Siksaan-Nya, Yang Membuat Bahaya, Yang Memberi Manfaat, Yang Kekal,
Yang Menjaga,Yang Menghinakan, Yang Mengangkat, Yang Menggenggam, Yang Melapangkan,
Yang Memuliakan, Yang Menghinakan, Yang Maha Adil, Yang Maha Memberi Rizki,
Yang Mempunyai Kekuatan, Yang Maha Kokoh, Yang Maha Tetap, Yang Kekal, Yang
Menjaga, Yang Maha Mengurusi, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Mendengar, Yang
Maha Menghidupkan, Yang Maha Mematikan, Yang Maha Mempertahankan, Yang Maha
Mengumpulkan Yang Memberi Petunjuk, Yang Mencukupi, Yang Akhir, Yang Maha
Mengetahui, Yang Maha Benar, Yang Menjadikan Cahaya, Yang Menerangi, Yang
Sempurna, Yang Mendahului, Yang Satu/Ganjil, Yang Maha Esa, Yang Menjadi Tempat
Meminta, Allah Tuhan Yang tidak Melahirkan dan tidak Dilahirkan dan tidak ada
satupun Yang Menyamai-Nya.
Pendapat Asmaul
Husna Menurut Para Ulama
Sebagaimana bunyi ayat yang menjelaskan tentang asmaul
husna di atas, bahwa ayat tersebut hanya mengungkapkan atau menjelaskan Allah
mempunyai asmaul husna tapi tidak ada satu ayat menjabarkan secara lengkap
mengenai bunyi dari asmaul husna.
Al-Ghazali menyatakan bahwa “Engkau layakkan untuk
Diri-Mu dalam pengetahuan-Mu mengenai hal-hal gaib menunjukkan bahwa nama-nama
itu tidak terbatas yang disebutkan dalam versi-versi terkenal saja”.
Begitu juga Ibnu Qayyim berkata: Ayat-ayat tentang
sifat Allah, keterangan tentang-Nya sangat penting, karena hal itu merupakan
kesempurnaan dari pengokohan akan dua kalimat syahadat, sedangkan penetapannya
merupakan tuntutan tauhid. Oleh karena itu, Allah menerangkan dengan
keterangan yang sangat jelas dan memuaskan sehingga tak ada lagi kerancuan
serta keraguan. Rahasia kalam Allah itu terlalu mulia dan agung untuk dijangkau
oleh akal manusia. Sedangkan puncak tujuan para penuntut ilmu adalah mencari
dalil dengan apa yang tampak dari apa yang berada di belakang-Nya yang tidak
tampak. Sebab yang tampak akan mengantarkan kepada yang tidak tampak”
Ali
Hasan juga mengatakan: “Menyebut asmaul husna itu adalah sangat
terpuji, karena kita ingat selalu kepada Allah dengan berbagai sebutan yang
sembilan puluh itu. Namun hendaknya diingat, bahwa keinginan dan cita-cita kita
baru dapat dikabulkan, bila disertai dengan ikhtiar (usaha) atau kerja keras”.
Jalaluddin
Rumi dalam syairnya: “Karena kamu tak dapat melihat Dzat maka arahkan
penglihatanmu pada sifat-sifat. Karena kau tak mampu melihat yang tanpa arah,
tetaplah cahaya dalam setiap penjuru
arah”.
Dalam
kitab-kitab shahih berisikan nama-nama yang Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt
memiliki sembilan puluh sembilan nama, dan barang siapa membacanya maka dia
masuk surga”, tetapi nama-nama ini tidak di tentukan dan ada yang diuraikan
dalam kitab hadis.
Dalam
menentukan asmaul husna itu terjadi perbedaan pendapat, mengenai lafalnya.
Sedangkan mengenai jumlahnya semua ulama sepakat, yaitu sebanyak 99 (sembilan
puluh sembilan) nama, tidak lebih dan tidak kurang.
Beberapa
nama yang disepakati para faqih dan ulama adalah: Yang Berkehendak, Yang
Berbicara, Yang Ada, Dzat Abadi, dan Yang Azali. Inilah hal-hal yang dibolehkan
digunakan untuk Allah Swt.
Adapun
bacaan asmaul husna secara keseluruhan yaitu 99 nama, satu pendapat
mengemukakan asmaul husna seperti apa yang pernah kita ketahui dalam masyarakat
kita selama ini, satu pendapat lagi menurut pendapat Ibnu Hajar al-Atsqalani,
berbeda dengan pendapat yang pertama. Persamaan antara kedua pendapat tersebut
ada 69 nama, sedangkan yang 30 nama berbeda pandangan dan tinjauan. Namun
masing-masing memandang, bahwa yang 30 nama pun adalah asmaul husna. Pendapat
kedua hampir seluruhnya mengambil dari al-Qur’an, sedang pendapat pertama
mengambilnya dari al-Qur’an dan hadis.
Demikian
juga mengenai urutan yang dikemukakan tidak sama, dalam pendapat yang sama
(enam puluh sembilan itu). Menurut hemat penulis, pendapat mana pun yang
dipilih bukanlah suatu masalah yang layak dipertentangkan, sebab nama-nama yang
banyak (dominan) disebutkan dalam al-Qur’an adalah nama-nama yang disepakati oleh
kedua belah pihak.
Setelah
ada hal semacam itu mungkin ada pertanyaan mengenai pembatasan nama-nama asmaul
husna menjadi sembilan puluh sembilan nama saja. Karena dimungkinkan adanya
nama-nama lebih dari sembilan puluh sembilan jumlahnya. Itu seperti raja yang
dimiliki seribu abdi: orang dapat mengatakan bahwa raja memiliki sembilan puluh
sembilan abdi, dan kalau dimintai bantuan, maka tidak ada musuh yang dapat
melawannya. Yang ditetapkan adalah bilangan yang diperlukan untuk mendapatkan
bantuan yang diperlukan disebabkan oleh tambahan kekuatan, atau karena bilangan
itu akan cukup untuk memukul mundur musuh tanpa memerlukan tambahan.
Nama
yang diluar nama sembilan puluh sembilan lainnya adalah nama-nama Allah Swt juga,
tetapi nama-nama bisa saja berbeda keunggulannya, karena makna-maknanya berbeda
keutamaan dan kedudukannya, sehingga sembilan puluh sembilan nama akan
menyatukan keanekaragaman makna dalam mengungkapkan kemuliaan (Allah) yang
tidak dapat disatukan oleh seperangkat lain makna-makna, dan sehingga perpaduan
mengandung perbedaan yang lebih besar. Juga dapat dikatakan bahwa nama-nama itu
mencakup nama teragung Allah, namun itu tersembunyi diantara nama-nama
tersebut.
Ditetapkannya
bilangan 99 dan tidak seratus, menunjukkan dua kemungkinan. Pertama,
bahwa makan-makna utama itu bukan tardiri dari bilangan, karena bilangan inilah
yang dimaksud, tetapi hanya karena makna-makna utama itu kebetulan mencapai
jumlah ini. Kedua, sebagaimana sabda Rasulullah Saw “Seratus kurang
satu, dan Allah adalah ganjil (yakni Esa) dan Dia mencintai apa yang ganjil”.
Namun apa yang ditunjukkan ini adalah bahwa nama-nama ini yang jumlahnya
sembilan puluh sembilan itu merupakan persoalan pilihan bebas, meskipun bukan
karena sifat-sifat utama itu terbatas pada nama- nama yang jumlahnya sembilan
puluh sembilan, karena hal tersebut berhubungan dengan Dzat Allah dan bukan
persoalan kehendak. Jadi tidak seorangpun akan mengatakan bahwa sifat-sifat
Allah Swt ada tujuh karena Dia adalah ganjil dan menyatukan apa yang ganjil. (Pondokbanjar)
Sumber bacaan:
- H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsiran al-Qur’an, 1989
- Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992
- Abu Fadl Jamaluddin Muhammad bin Makram bin Masthur al Afriqi al Misri, Lisan al-Arab, Jilid-13, Beirut: Dar ash Shadir, t.th
- Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhari, Fath al-Bari, Beirut: Ihya al-Tarat al-‘Arabi, t,th
- Muhmmad ar-Razi Fahruddin bin al-Alamah Dhiya ad-Din Umar, Tafsir al-Fahr ar-Razi, Jilid-15, Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
- M. Ali Chasan Umar, Khasiat dan Fadhilah Asmaul Husna, Semarang: C.V. Thoha Putra, t.th
- Abd al-Aziz Muhammad as-Salman, Tanya Jawab Masalah Aqidah: Disarikan dari, al-Aqidah al-Wasithiyyah oleh Ibnu Taimiyah, terj. Muhmmad F. Nurul Huda, cet.-2, Jakarta: Bina Menteng Raya Perdana, 1989
- Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Asmaul Husna: Nama-Nama Indah Allah, terj. Samson Rahman, cet.1, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000
- Sayid Sabiq, Aqidah Islam: Ilmu Tauhid, cet-XI, (Bandung: CV. Diponegoro, 1999), hlm. 38. Imam Al-Bukhari, “Shahih al-Bukhari”, Bab asy-Syuruth, Hadis nomor 2736, dalam Masu’ah al-Hadits asy-Syarifah, (Jordan: Wizarot al-Auqof al-Majlis al-A’la li asy-Syu`un al Islamiyah), website: www. awkaf.org
- Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, “Sunan at-Tirmidzi”, Kitab ad-Da’awat an Rasulillah, dalam Masu’ah al-Hadits asy-Syarifah, (Jordan: Wizarot al-Auqof al-Majlis al-A’la li asy-Syu`un al-Islamiyah), website: www. awkaf.org
- Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al Qazwini Ibnu Majah, “Sunan Ibnu Majah”, Kitab Al-Do’a, dalam Masu’ah al-Hadits asy-Syarifah, (Jordan: Wizarot al-Auqof al-Majlis al-A’la li asy-Syu`un al-Islamiyah), website: www. awkaf.org
- Al-Ghazali, Asmaul Husna: Rahasia Nama-Nama Indah Allah, terj. Ilyas Hasan, cet.-IV, Bandung: Mizan, 1997
- M. Ali Hasan, Mamahami dan Meneladani AsmaulHusna, Jakarta, , Srigunting, 1997
- Jalaluddin Rumi dalam William C. Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi, terj. M. Sadat Ismail dan Achmad Nidjam, cet-3, Yogyakarta: Qalam, 2001