google.com, pub-2032731931779399, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Kota Tanpa Kesenian; Apakah Tidak Menjadi Kota Banal

Punakawan
Dialog Ponokawan 1

Banyak pihak menyepelekan kesenian. Seni hanya dianggap sebagai klangenan atau hiburan semata. Padahal fungsi kesenian lebih sebagai politik kebudayaan. Kebudayaan sebagai kekuatan sebanding dengan sektor kehidupan lain, politik, ekonomi, hukum dst. 

Rumah perlu ada lukisan, buku-buku, musik, kanak-kanak bermain drama, bernyanyi dan menari. Sehingga kehidupan satu keluarga jadi utuh, lengkap dan bahagia. Kongkritnya, katakanlah kota adalah kumpulan rumah-rumah.

Bagaimana kalau kota tidak ada kesenian; apakah tidak menjadi kota banal, kering dan membosankan. Lalu kanak-kanak mencari kebahagiaan di pinggir jalan: om tolalet om...

Sebutlah negara adalah kumpulan kota-kota. Bagaimana kalau negara tidak ada kesenian. Orang-orang berseteru, membenarkan sekutunya dan menyalahkan saudara sendiri. Saling menebar kebencian, fitnah atau dendam tak ada awal dan ujung.

Mereka turun ke jalan melakukan kekerasan, dengan dalih apa pun demi kepuasan diri. Mereka pamer kemewahan, karena keindahan telah berubah menjadi kemewahan. 

Mereka alpa, dengan begitu ada yang terkhianati secara mendasar, yakni: ketuhanan yang maha esa berubah menjadi keuangan yang maha esa...

Langkanya kesenian, dalam arti dan fungsi sebenarnya, akan menimbulkan kekacauan politik negara dan frustasinya satu bangsa. (Oleh: Eko Tunas/Penasehat Pondokbanjar)